LAPORAN
PRAKTIKUM
PEMULYAAN
TANAMAN
OUTBREEDING
Oleh :
NUR KHUSJANANTO
E1J009159
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tumbuhan
bunga yang mempunyai bunga dengan pistil dan anter yang menghasilkan ovum
maupun polen yang fertil dan viabel tidak selamanya dapat melakukan polinsi
sendiri. Seandainya dapat melakukan polinasi tumbuhan tersebut tidak berhasil
melakukan fertilisasi. Hal ini disebabkan imkompatibilitas seksual pada tanaman
tersebut sehingga polennya tidak dapat membuahi ovum. Inkompatibilitas seksual
dibedakan menjadi dua: 1) interspesifik, dan 2) intraspesifik. Inkompatibilitas
intra spesifik disebut self-incompatibility (inkompatibilitass sendiri),
secaara morfologi ada 2 tipe self-incompatibility yaitu heteromorfi dan
homomorfi. Jika inkompatibilitas homorfi ini disebabkan genotip dari
gametogenotip disebut gametophyctic self-incompability (GSI), jika disebabkan
genotip dari sporofitnya disebut sporofit self-incompability (SSI). Kemajuan
teknologi pada saat ini telah menunjukkan keberhasilan dalam usaha
menanggulangi masalah inkompatibilitas seksual pada beberapa
tumbuhan.
1.2 Tujuan
v Untuk
mengenali struktur bunga tanaman yang mengalami outbreeding dan penyebab
outbreeding tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kompatibilitas
adalah kesesuaian antara organ jantan dan betina sehingga
penyerbukan yang terjadi dapat diikuti dengan proses pembuahan. Tanaman
dikatakan bersifat kompatibel jika terjadi pembuahan setelah penyerbukan.
Ketidaksesuaian antara organ jantan dan betina disebut inkompatibilitas.
Ketidaksesuaian dikendalikan oleh faktor lingkungan, genetik dan fisiologis
(Poespodarsono, 1998).
Inkompatibilitas (incompatibility)
adalah bentuk ketidaksuburan yang disebabkan oleh ketidakmampuan tanaman yang
memiliki pollen dan ovule normal dalam membentuk benih karena
gangguan fisiologis yang menghalangi fertilisasi. Mekanisme
didalam tumbuhan berbunga yang mencegah terjadinya self-fertilisasi akibat
dekatnya hubungan antara organ reproduksi jantan dan betina pada bunga yang
sempurna (Kao dan Huang, 1994). Inkompatibilitas dapat disebabkan
oleh ketidakmampuan tabung pollen dalam (a) menembus kepala putik, atau
(b) tumbuh normal sepanjang tangkai putik namun tidak mampu mencapai ovule
karena pertumbuhan yang terlalu lambat. Mekanisme ini mencegah silang dalam (selfing)
dan mendorong adanya penyerbukan silang (crossing) (Suwarno, 2008).
Inkompatibilitas
sering juga disebut dengan inkompatibilitas sendiri karena yang terhalang
adalah self-fertilisasi. terdapat dua jenis inkompatibilitas sendiri (SI) yang
berbeda yaitu gametofitik inkompatibilitas sendiri (GSI) dan inkompatibilitas
sendiri sporofitik (SSI) (Kao dan Huang, 1994). Pada sistem
gametofitik, kecepatan tumbuh tabung pollen dikendalikan oleh rangkaian alel
yang disimbolkan dengan S1, S2, S3, dan sebagainya. Inti pollen adalah
haploid sehingga hanya memiliki satu alel inkompatiblitas. Jaringan tangkai
putik pada tanaman betina adalah diploid sehingga memiliki dua alel
inkompatibilitas. Jika alel inkompatibilitas pada inti pollen identik
dengan salah satu alel pada jaringan tangkai putik, pertumbuhan tabung pollen
pada tangkai putik akan lebih lambat dan pembuahan akan jarang terjadi. (Marufah .2009)
Sistem
inkompatibilitas sporofitik adalah sistem satu lokus dengan jumlah alel S yang
banyak. Berbeda dengan sistem gametofitik, disini alel S memperlihatkan
dominansi. Dominansi ditentukan oleh tanaman yang menghasilkan pollen.
Jika tanaman memiliki genotipe S1S2 dan S1 dominan terhadap S2 sehingga semua pollen
dari tanaman tersebut dapat berfungsi seperti S1; dan pollen dengan alel
S1 atau S2 akan inkompatibel dengan tangkai putik S1, tetapi akan kompatibel
dengan tangkai putik S2. Kombinasi genetik dari sistem sprofitik banyak dan
kompleks. Pada sistem ini, penghambatan perkecambahan pollen atau
pertumbuhan tabung pollen terjadi pada permukaan kepala putik, berbeda
dengan sistem gametofitik dimana penghambatan pertumbuhan tabung pollen terjadi pada tangkai putik (Betty Lukiati.1998)
Protandri adalah bunga yang benang sarinya lebih dahulu masak. Dengan
demikian Bunga tersebut tidak akan mengalami
penyerbukan sendiri. Contohnya bunga dari tanaman seledri(Apium graveolens L.), wotel (Daucus
corota L), Peterseli (Petroselium
crispum Nym.), dan Bawang Bombay(Allium
cepa L.) hampir semua tanaman ini mengalami penyerbukan silang.
Potogoni adalah bunga yang putiknya lebih dulu masak
daripada benang sari. Bilamana putiknya masak, maka benang sarinya masih sangat
muda dan tidak dapat berkecambah. Dengan demikian putiknya tidak mengalami
penyerbukan sendiri. Contohnya : Coklat (Theobroma
cacao L.), Kubis (Brassica oleracea
L. Var.capitata), Apokat ( Persea Americana miller). (Surjono H. Sutjahjo, Dkk. 2005)
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
1.1 Alat dan Bahan
Bahan
:
v Bunga
sepatu
v Bunga
terong
v Bunga
asoka
Alat
:
Pinset, kaca pembesar, dan cawan petri
1.2 Cara Kerja
v Untuk
outbreeding yang disebabkan oleh factor morfologi, panjang stamen dan stylus
diukur, kemudian tentukan termasuk”pin” atau”thrum”.
v Untuk
outbreeding yang disebabkan factor fisiologis, selisih umur kematangan antara
bunga jantan dan betina (pada tanaman jagung).
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Gambar bunga sepatu Keterangan
:
Termasuk
bunga pin
Panjang
pistil = 8 cm
Panjang
stamen =1 cm
1.
Pistil
2.
Stamen
3.
Kelopak
4.
Mahkota
5.
Tangkai putik
Gambar bunga asoka Keterangan
:
Termasuk bunga pin
Panjang
pistil = 4 cm
Panjang
stamen = 0,5 cm
1.
Pistil
2.
Stamen
3.
Mahkota
4.
Tangkai
Gambar
bunga terong Keterangan :
Termasuk
bunga pin
Panjang
pistil = 1,5 cm
Panjang
stamen = 1 cm
1.
Pistil
2.
Stamen
3.
Mahkota
4.
Tangki
5.
Kelopak
4.2 Pembahasan
Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan, mengenai outbreeding yang mana ada 3
sampel untuk menentukan tanaman outbreeding tersebut, diantaranya bunga sepatu,
bunga asoka, bunga terong. Yang mana diantara ketiga bunga tersebut merupakan
bunga kelompok Pin, yang mana kepala putik atau stillus lebih panjang
dibandingkan dengan stamennya. Pada bunga seapatu memilki beberapa struktur
bunga diantaranya adalah kepala putik, tangkai putik, stamen atau serbuk sari,
tangkai sari, kelopak, tangkai, dan mahkota bunga. Yang mana letak kepala putik
itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan serbuk sarinya. Panjang putik yaitu
8cm dan stamennya 1cm. stamen pada bunga sepatu berwarna kuning yang mana
stamen itu tertata dengan rapi dibawah kepala putiknya. Sehingga pada
hakekatnya tidak terjadi pembuahan dan tidak bisa menghasilkan biji. Sedangkan
untuk bunga asoka memilki panjang stamen yaitu 0,5cm dan panjang pistil 4cm.
untuk bunga terong panjang pistilnya yaitu 1,5cm, dan panjang pistilnya 1cm. dari
ketiga contoh bunga tersebut diatas hanya bunga terong yang memilki bakal biji,
yang mana untuk mendapatkan biji tersebut dilakukan penyerbukan antara jatuhnya
serbuk sari kekepala putik, selain itu bisa diserbuki oleh serangga(kumbang).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari
praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
5.1 kesimpulan
Ø Inkompatibilitas (incompatibility)
adalah bentuk ketidaksuburan yang disebabkan oleh ketidakmampuan tanaman yang memiliki
pollen dan ovule normal dalam membentuk benih karena gangguan
fisiologis yang menghalangi fertilisasi
Ø Protandri adalah bunga yang benang sarinya lebih dahulu masak. Dengan
demikian Bunga tersebut tidak akan mengalami
penyerbukan sendiri.
Ø Potogoni adalah bunga yang putiknya
lebih dulu masak daripada benang sari. Bilamana putiknya masak, maka benang
sarinya masih sangat muda dan tidak dapat berkecambah. Dengan demikian putiknya
tidak mengalami penyerbukan sendiri.
5.2 Saran
Sebaiknya di
dalam pelaksanaan praktikum kali ini waktu yang telah ditetapkan digunakan
sebaik-baiknya sehingga praktikum dapat berjalan sesuai dengan apa yang
diinginkan. Selain itu kerja sama antara asisten dengan praktikan harus
ditingkatkan, terutama dalam membimbing praktikan agar praktikan dapat dengan
benar dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Betty Lukiati. 1998. Inkompatibilitas Seksual. Institut Pertanian Bogor
Marufah . 2009. Compatibilitas. blog.uns.ac.id. 1 april 20011
Sutjahjo H. Surjon, Sujiprihati
Sriyani, Syukur Muhammad. 2005. Pengantar
Pemulyaan Tanaman. Departemen Agronomi Dan Hortikultura. Fakultas
Pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar