Sabtu, 17 Maret 2012

laporan pertanian lestari


LAPORAN PRAKTIKUM
Pertanian lestari
MULSA DAN BAHAN ORGANIK TANAH
 
Oleh :
Nama    : Nur Khusjananto
NPM     : E1J009159
shift       : 3 (tiga)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang.
            Bahan orgnik di samping berpengaruh terhadap pasokan hara tanah juga tidak kalah pentingnya terhadap sifat fisik, biologi dan kimia tanah lainnya. Syarat tanah sebagai media tumbuh dibutuhkan kondisi fisik dan kimia yang baik. Keadaan fisik tanah yang baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai tempat aerasi dan lengas tanah, yang semuanya berkaitan dengan peran bahan organik. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan yang tidak kalah penting adalah peningkatan ketahanan terhadap erosi.  Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung produksi tanaman, sehingga untuk mendapatkan tanaman yang menghasilkan hasil yang mempunyai kualitas dan kuantitas tinggi maka perlu memberikan bahan organik yang banyak salah satunya dengan pupuk kandang.
Pupuk kandang/kotoran hewan yang berasal dariusaha tani pertanian antara lain adalah kotoran sapi, kotoran kambing, kotoran ayam, dan lain-lain. Komposisi hara pada masing-masing kotoran hewanberbeda tergantung pada jumlah dan jenis makanannya. Secara umum, kandungan hara dalam kotoran hewan lebih rendah dari pada pupuk kimia. Tetepi kita usahakan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia dengan cara pemberian bahan organik yang banyak serta penggunaan mulsa organik.
Mulsa dapat didefinisikan sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk menutup sebagian atau seluruh permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut.  Bahan-bahan dari mulsa dapat berupa sisa-sisa tanaman atau bagian tanaman yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa organik, dan bahan-bahan sintetis berupa plastik yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa non-organik. Penggunaan mulsa plastik sudah menjadi standar umum dalam produksi tanaman budidaya yang bernilai ekonomis tinggi, baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bahan utama penyusun mulsa plastik adalah low-density polyethylene yang dihasilkan melalui proses polimerisasi etilen dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi .  Penggunaan mulsa plastik, terutama mulsa plastik hitam perak, dalam produksi jagung manis yang bernilai ekonomis tinggi seperti, semakin hari semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap produk sayuran tersebut. Meskipun penggunaan mulsa plastik ini memerlukan biaya tambahan, tetapi nilai ekonomis dari hasil tanaman mampu menutupi biaya awal yang dikeluarkan.
1.2 Tujuan praktikum
1.      Mengenal beberapa sumber bahan organik.
2.      Melihat pengaruh pemberian bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman dan kelimpahan makroorganisme tanah.
3.      Melihat perbedaan pengaruh jenis bahan mulsa terhadap pertumbuhan tanaman.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jagung  Manis (Zea Mays L. Saccharata) merupakan jenis jagung yang belum lama dikenal di Indonesia. Jagung manis semakin popular dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa. dan umur produksinya  lebih singkat (genjah),  sehingga sangat baik untuk dibudidayakan (Rahmi dan Jumiati, 2007). Kebanyakan masyarakat menyukai jagung manis untuk dikonsumsi dalam bentuk direbus, dibakar, dan bahan sop (Temuwe, 2003). Menurut Iskandar (2003) Jagung mengandung karbohidrat, protein dan vitamin yang tinggi serta kandungan lemak yang rendah. Dibandinngkan dengan jagung biasa jagung manis lebih banyak kandungan vitaminnya. Maka dari itu perlu ditingkatkan produksi dan kualitas jagung dengan cara pemberian bahan organik, ksrens selain dapat memberikan hasil yang berkualitas bahan organik juga dapat memperbaiki struktur tanah. Dan meningkatkan bobot pipilan kering jagung (Anonim, 2009). Oleh karena itu diperlukan penggunaan bahan organik dalam budidaya jagung manis.
Adapun sistamatika dan klasifikasi botani dari tanaman jagung yang kita kenal dan budidayakan selama ini sebagai berikut:
Devisio               : Spermathopytha
Sub devisio                  : Angiospermae
Class                   : Monocotyledone
Subclass              : Commelinidae
Ordo                   : Graminae
Famili                 : Poaceae
Genus                 : Zea
Spesies : Zea mays. L
Jagung termasuk golongan rumput-rumputan berumur semusim yang berbatang tunggal dengan tinggi 1-4 m. sebagai keluarga rumput-rumputan maka system perakarannya adalah akar serabut yang berkembang di dekat permukaan tanah namun dalam mencapai hingga radius 150 cm, dalam kedalamannya hingga 30-40 cm tergantung pertumbuhan tanaman dan keadaan tanahnya. Oleh karena itu tanaman jagung tidak tahan terhadap kekeringan.
Jagung merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh baik pada daerah dari 500 LU – 400 LS. Intensitas radiasi yang cukup diperlukan oleh tanaman jagung agar dapat berproduksi tinggi. Hal ini sesuai dengan sifatnya dari golongan C4 yang menghendaki pencahayaan penuh secara langsung. Tanaman jagung tumbuh baik pada ketinggian tempat dari 0-3300 m dpl. Suhu optimum untuk pertumbuhan jagung berkisar antara 24-25 0 C, suhu optimum yang diperlukan untuk perkecambahan adalah 30-32 0C. suhu yang terlalu tinggi pada musim kemarau disertai kekeringanyang terjadi pada periode pembungaan dapat menyebabkan penurunan hasil karena proses kegagalan penyerbukan akibat keringnya serbuk sari dan rambut jagung.
Tanaman jagung dapat tumbuh pada semua jenis tanah, dan akan tumbuh lebih pada tanah yang gembur dan kaya humus, mempunyai airase dan drainase yang baik. Derajat keasaman tanah untuk jagung berkisar antara 5;5-7;5 dan Ph optimum adalah 6,8.
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan kelompok palawija yang banyak dibudidayakan oleh petani. Masyarakat mengenal jagung sebagaibahan pangan dan industri yang biasanya ditanam secara monokultur maupun tumpangsari, baik dilahan sawah setelah tanaman padi atau di lahan kering. Sebagai bahan pangan , bii jagung mengandung protein 10 %, lemak 4%, zat tepung 61%, dan gula 1,4%.
Kebutuhan jagung untuk pangan, ransom pakan ternak dan bahan baku industri yang terus meningkat tajam merupakan tantangan dalam penyediaan jagung sebagai bahan baku secara berkesinambungan. Jawa timur memiliki area panen jagung ckup luas di Indonesia mencapai 1,3 ha, sebanyak 75 % ditanam dilahan kering dengan produktifitas yang rendah (<2 ton/ha). Rendahnya hasil tersebut dikarenakan oleh :
  • penggunan varietas lokal atau unggul generasi lanjut
  • Dosis dan cara pemupukan yang kurang tepat
  • Pengendalian hama-hama utama (lundi,lalat bibit,penggerek batang) dan penyakit      bulai belum memadai  dan
  • populasi tanaman yang belum sempurna.
Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 - 27 C.Cara menanam benih, benih diambil hanya dari tanaman dan tongkol yang baik dan sehat saja.Pilihlah tongkol-tongkol yang besar, barisan biji lurus dan penuh, tertutup rapat - oleh kelobotnya, dan cukup tua.Dari tongkol.-tongkol terpilih, pisahkanlah biji-biji kecil yang terdapat pada bagian pangkal dan ujung dari tongkol. Hanya biji yang rata besarnya dan sehat saja diambil sebagai benih.Bila jumlah tongkol terpilih sangat terbatas, dapat juga digunakan semua biji yang terdapat pada tongkol tersebut. Benih harus cukup sehat dan kering, bertenaga tumbuh lebih dari 90%, murni dan bebas dari kotoran. Pada dewasa ini terdapat benih-benih varitas unggul yang cocok untuk dataran rendah dengan umur dipanen (110 hari).
Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekittir 5,5 - 7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar. Iklim faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin.
            Belakangan ini  system pertanian berkelanjutan marak dikembangkan, Salah satu penekatan yang dilakukan yaitu dengan pemberian bahan organik untuk memperbaiki struktur tanah yang semakin lama menurun karena pemberian pupuk kimia yang berlebihan (Suliasih, et al., 2010). Bahan organik memiliki kandungan unsur hara lengkap yang dibutuhkan oleh tanaman, berdasarkan bentuknya bahan organik dikelompokkan menjadi bahan organik padat dan bahan organik cair, serta dapat memperbaiki struktur tanah (Isroi, 2008). Salah satu bentuk bahan organik yaitu pupuk kompos.
            Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari limbah pertanian seperti jerami padi, janjang kosong sawit (jangkos), rumput-rumputan, pelepah pisang, dedaunan, Bahan organik lain misalnya kotoran sapi yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan bila dipandang perlu (Wied, 2004, dalam Sulistyorini, 2005). Pengomposan dilakukan untuk menurunkan rasio C : N  sehingga tidak terjadi persaingan antara tanaman dan mikroorganisme yang dapat menurunkan perumbuhan dan hasil tanaman (Supanjani, 2009). Pupuk kompos dapat memperbaiki struktur tanah, menambah cadangan unsur hara tanaman, serta menambah kandungan bahan organik tanah. Pupuk kompos juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah seperti memperbaiki pH tanah, meningkatkan kandungan C- organik, serta meningkatkan Kapasitas Tukat Kation (KTK) tanah karena pupuk kompos dapat menjerap kation yang lebih besar dari pada yang terjerap oleh koloid tanah (Hakim,1986 dalam Sudirja et al., 2005)
            Salah satu organism tanah yang membantu pembentukaan bahan organik adalah cacing. Cacing tanah mampu merombak bahan organik seperti kotoran hewan (pupuk kandang), serta limbah pertanian seperti rumput-rumputan maupun jerami padi. Pemanfaaan cacing tanah (cacing pengompos) dan bahan organik mampu menghasilkan pupuk organik yang bermutu tinggi sekaligus dapat mengurangi pencemaran lingkungan (Parkin dan Berry, 1994 dalam Rusliani dan Hilman, 2005).
            Mulsa dapat didefinisikan sebagai setiap bahan yang dihamparkan untuk menutup sebagian atau seluruh permukaan tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut (Waggoner et al., 1960).  Bahan-bahan dari mulsa dapat berupa sisa-sisa tanaman atau bagian tanaman yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa organik, dan bahan-bahan sintetis berupa plastik yang lalu dikelompokkan sebagai mulsa non-organik.
            Mulsa organik berasal dari sisa-sisa tanaman seperti jerami padi, batang dan daun jagung, alang-alang, pelepah pisang, rumput-rumputan, dan lain-lain. Mulsa organik dapat memperbaiki kesuburan tanah, struktur tanah, dan cadangan air bagi tanaman. Mulsa juga bisa menghalangi tumbuhnya gulma dan menjaga suhu tanah agar tetap lembab (tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin) sehingga dapat menarik makroorganisme seperti cacing tanah (Anonim, 2011)
            Penggunaan mulsa non-organik seperti mulsa plastik sudah menjadi standar umum dalam produksi tanaman budidaya yang bernilai ekonomis tinggi, baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bahan utama penyusun mulsa plastik adalah low-density polyethylene yang dihasilkan melalui proses polimerisasi etilen dengan menggunakan tekanan yang sangat tinggi (Lamont 1993).  Penggunaan mulsa plastik, terutama mulsa plastik hitam perak, dalam produksi jagung manis yang bernilai ekonomis tinggi, semakin hari semakin meningkat sejalan dengan peningkatan kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap produk sayuran tersebut. Meskipun penggunaan mulsa plastik ini memerlukan biaya tambahan, tetapi nilai ekonomis dari hasil tanaman mampu menutupi biaya awal yang dikeluarkan.
            Pengaruh mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis terutama ditentukan melalui pengaruhnya terhadap keseimbangan cahaya yang menerpa permukaan plastik yang digunakan.  Secara umum seluruh cahaya matahari yang menerpa permukaan plastik, maka sebagian cahaya tersebut akan dipantulan kembali ke udara, dalam jumlah yang kecil diserap oleh mulsa plastik, dan diteruskan mencapai pemukaan tanah yang ditutupi mulsa plastik.  Kemampuan optis mulsa plastik dalam memantulkan, menyerap dan melewatkan cahaya tersebut ditentukan oleh warna dan ketebalan mulsa plastik tersebut (Decouteau et al., 1988, 1989 ; Lamont, 1993).  Cahaya yang dipantulkan permukaan mulsa plastik ke amosfir akan mempengaruhi bagian atas tanaman, sedangkan cahaya yang diteruskan ke bawah permukaan mulsa plastik akan mempengaruhi kondisi fisik, biologis dan kimiawi rizosfir yang ditutupi.





















BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
ü  Alat.
a)      Cangkul
b)      Meteran gulung.
c)      Tugal kayu
d)     Tali raffia
e)      Karung
f)       Waring
g)      Kayu pancang

ü  Bahan
a)      Benih jagung manis
b)      Pupuk kompos sapi
c)      Pupuk kompos kambing.
d)     Pupuk kompos ayam.
e)      Abu sisa pembakaran.
f)       Mulsa sintetik
g)      Mulsa jerami
h)      Mulsa alang-alang
i)        Mulsa rumput
3.2 Pelaksanaan.
            Praktikum ini dilakukan di Desa Medan Baru, Kelurahan Kandang Limun, Kecamatan Muarabangka Hulu. Praktikum ini diawali dengan pengolahan lahan yang dilakukan pada tanggal 29 oktober 2011, Dimana dalam mengolah lahan dilakukan selama dua kali. Yang pertama pembungan gulma dari tanah serta pencangkulan sedalam 15 cm, kedua meratakan tanah setelah dilakukan penggemburan. Lalu membuat petakan dengan ukuran 2 m x 3 m sebanyak 8 petak dengan jarak antar petak 50 cm. setelah itu tanah dibiarkan selama 4 hari.
            Setelah 4 hari yaitu ada tanggal 2 november 2011 tanah tersebut diberikan perlakuan yaitu 4 petak bahan organik dan 4 petak mulsa. Bahan organik yang digunakan yaitu : pupuk kompos sapi, pupuk kompos kambing, pupuk kompos ayam dan serbuk gergaji, dan abu sisa pembakaran. Pemberian bahan organik sebanyak 10 ton/Ha atau 6 Kg per petak. bahan organik tersebut diperoleh dari berbagai tempat. Pupuk kompos sapi disediakan oleh Laboratorium Agronomi, pupuk kompos kambing dan abu sisa pembakaran diperoleh dari bapak Suyono yang beralamat di Perumas Medan baru yang kebetulan pegawai laboratorium Agronomi, Sedangkan untuk pupuk kompos ayam diperoleh dari kanang ayam yang berada di lngkungan praktikum. Mulsa yang diginakan yaitu : mulsa alang-alang, mulsa rumput-rumputan, mulsa jerami padi, dan mulsa sintetik setiap petak diberi mulsa sebanyak satu karung ukuran 6 Kg, kecuali dengan mulsa sintetik. Mulsa sintetik didapatkan dari bekas penelitian cabai yang berada disemping lahan praktikum. Mulsa organik diperoleh dari lingkungan prktikum kecuali mulsa jerami padi yang diperoleh didepan Laboratorium Teknik Industri Pertanian (TIP). Masing- masing petak diberikan perlakuan yang berbeda supaya dapat dilihat perbedaan mikroba didalam tanah serta daya tumbuh tanaman jagung terhadap perlakuan pemberian bahan organik.
            Setelah semua selesai dilakukan penanaman yang dilakukan pada tanggal 2 november 2011 pada sore hari. Tanah ditugal dengan kedalaman 3 cm sampai 5 cm dengan jarak tanam 20 cm x 50 cm. benih yang ditanam tidak memelui uji kecambah karena benih yang ditanam sudah ada jaminan mutu dari produsen benih jagung manis. Kalau biasanya setiap menanam biji harus diberi insektisida dan pemberian pupuk kimia dasar, kali ini tidah diberikan karena konsep dari praktikum ini adalak pertanian berkelanjutan dimana diminimalisasikan penggunakan bahan kimia. Penanaman dilakukan 2 hari karena pada hari pertama sudah sore sehingga penanaman dilakukan pada hari berikutnya. Setelah selesai menanam perak yang diberi perlakuan mulsa ditutup dengan mulsa sesuai dengan perlakuannya.
            Pembersihan petakan dari gulma dilakukan setiap minggu setelah tanam, untuk menjaga agar petakan tetap bersih. Dalam pembersihan petakan dari rumput dilakukan juga pembumbunan.penyulaman dilakukan tiga minggu setelah tanam. Itu sebenarnya telat karena harus nunggu bibit dari laboratorium.
           


Denah praktikum.
3 m
 
2m
Pupuk kompos sapi
Pupuk kompos kambing
Abu sisa pembakaran
Pupuk kompos ayam dan serbuk gergaji
                                                                                                                   50 cm
           
 

50 cm
                                                                                                                                   
Mulsa sintetik
Mulsa jerami padi
Mulsa rumput-rumputan
Mulsa alang-alang
                                                                                                                       


 

                                                                                                                Utara
                                                                                                           










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil sementara yang di peroleh adalah bahwa dalam minggi ke empat tinggi tanaman dan jumlah daun.
4.1 Hasil
NO.
Nama Mulsa
Berat Mulsa

1.
Alang-alang
6 kg

2.
Jerami padi
6 kg

3.
Sintetik PHP
6 kg

4.
Dedaunan
6 kg

4.1.1 Berat Bahan Organik dan Mulsa                                  
NO.
Nama Bahan Organik
Berat

1.
Kotoran Sapi
6 kg

2.
Kotoran Kambing
6 kg

3.
Tanah Bekas Pembakaran
6 kg

4.
Kotoran Ayam
6 kg


`
PENGAMATAN TERAKHIR
BAHAN ORGANIK
1.       Kotoran Sapi




No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Bobot Tanaman (g)
Diameter Batang  (cm)
Berat Tongkol (g)
Diameter Tongkol (cm)

1
161
11
700
2.7
110
3.3
2
174
13
1000
2.1
300
4.1
3
150
12
400
1.9
-
-
4
148
10
400
1.8
-
-
5
150
12
500
1.9
120
3.2
Jumlah
783
58
3000
10.4
530
10.6
156.6
11.6
600
2.08
176.667
3.53333


2.      Kotoran kambing



No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Bobot Tanaman (g)
Diameter Batang  (cm)
Berat Tongkol (g)
Diameter Tongkol (cm)

1
118
9
180
1.5
-
-
2
146
9
430
1.6
100
3.1
3
153
9
590
2.5
90
2.8
4
547
7
500
2.2
100
2.7
5
154
11
150
0.8
-
-
Jumlah
1118
45
1850
8.6
290
8.6
223.6
9
370
1.72
96.6667
2.86667







3.      Bekas pembakaran










No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Bobot Tanaman (g)
Diameter Batang  (cm)
Berat Tongkol (g)
Diameter Tongkol (cm)

1
112
9
150
1.5
-
1.5
2
162
11
400
2.1
-
2.1
3
160
11
650
2.3
3.3
2.3
4
95
10
80
0.8
-
0.8
5
158
11
450
1.9
3.3
1.9
Jumlah
687
52
1730
8.6
6.6
8.6
137.4
10.4
346
1.72
3.3
1.72







4.      Kotoran Ayam




No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Bobot Tanaman (g)
Diameter Batang  (cm)
Berat Tongkol (g)
Diameter Tongkol (cm)

1
160
11
500
1.8
80
2.5
2
144
10
300
2.9
100
2.9
3
165
11
380
2.8
80
2.8
4
150
10
250
-
-
-
5
142
10
250
2.1
50
2.1
Jumlah
761
52
1680
9.6
310
10.3
152.2
10.4
336
2.4
77.5
2.575
MULSA






1.      Lalang












No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Bobot Tanaman (g)
Diameter Batang  (cm)
Berat Tongkol (g)
Diameter Tongkol (cm)

1
100
9
150
1.5
-

2
-
-
-

-

3
90
9
100
1.4
-

4
100
11
150
1.7
-

5
94
10
100
1.4
-

Jumlah
384
39
500
6
0
0
96
9.75
125
1.5
0
0







2.      Rumput




No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Bobot Tanaman (g)
Diameter Batang  (cm)
Berat Tongkol (g)
Diameter Tongkol (cm)

1
84
8
50
1.9
-
-
2
140
9
300
1.9
150
2.4
3
52
3
10
0.5
-
-
4
95
8
100
1
-
-
5
106
10
160
1.5
-
-
Jumlah
477
38
620
6.8
150
2.4
95.4
7.6
124
1.36
150
2.4







3.      Jerami





No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Bobot Tanaman (g)
Diameter Batang  (cm)
Berat Tongkol (g)
Diameter Tongkol (cm)

1
78
9
50
0.9
-
-
2
65
5
20
0.8
-
-
3
34
6
10
0.5
-
-
4
68
7
30
1
-
-
5
88
7
50
1.2
-
-
Jumlah
333
34
160
4.4
0
0
66.6
6.8
32
0.88
0
0







4.      Sintetik




No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Bobot Tanaman (g)
Diameter Batang  (cm)
Berat Tongkol (g)
Diameter Tongkol (cm)

1
144
11
260
1.4
60
2.5
2
145
9
300
1.5
-
-
3
65
9
40
1.6
-
-
4
100
9
90
1.3
-
-
5
84
10
80
1.1
-
-
Jumlah
538
48
770
6.9
60
2.5
107.6
9.6
154
1.38
60
2.5

1.1.5 Presentase Hidup
Mulsa
1.      Alang-alang
% Hidup          =   x 100%
                        =   x 100 %
                        =  43 %

2.      Rumput
% Hidup          =   x 100%

                        =   x 100 %
                        =  59 %

3.      Jerami padi
% Hidup          =   x 100%
                        =   x 100 %
                        = 15 %

4.      Mulsa sintetik
% Hidup          =   x 100%
                        =   x 100 %
                        =  43 %

Bahan Organik
1.      Kotoran sapi
% Hidup          =   x 100%
                        =   x 100 %
                        =  77 %

2.      Kotoran kambing
% Hidup          =   x 100%
                        =   x 100 %
                        = 48 %

3.      Tanah bekas pembakaran
% Hidup          =   x 100%
                        =   x 100 %
                        =  88 %

4.      Kotoran ayam
% Hidup          =   x 100%
                        =   x 100 %
                        = 81 %


4.2 Pembahasan.
            Dari hasil pengamatan yang kami lakukan terdapat perbedaan yang nyata dari presentasi tumbuh jagung manis terhadap perlakuan mulsa yang diberikan. perlakuan  mulsa rumput menunjukkan hasil yang baik diantara perlakuan mulsa lainnya yaitu 59% meskipun kurang dari ¾ dari keseluruhan yang tumbuh, perlakuan mulsa yang lain presentasi tumbuhnya yaitu untik mulsa alang-alang 43%, mulsa sintetik 43%, dan mulsa jerami padi hanya 15%. Hal ini disebabkan karena pada waktu penanaman langsung diberi perlakuan mulsa dimana itu mengundang ayam datang untuk mengacaukan mulsa yang telah diberikan dan itu berdambak bagi tanman jagung yaitu biji yang ditanam dimakan oleh ayam serta apabila tanaman sudah mulai tumbuh tanaman tersebut dimakan oleh ayam.
            Untuk perlakuan pemberian bahan organik presentasi tumbuhnya baik, tetapi untuk pemberian pupuk kompos kambing presentasi tumbuhnya hanya 48%. Ini merupakan presentasi tumbuh yang paling sedikit. Untuk pemberian pupuk kandang sapi presentasi tumbuhnya 77%, pupuk kompos ayam 81%, dan abu sisa pembakaran 88% ini paling bagus dari yang lain. Harusnya dalam perlakuan pemberian bahan organik ini terlebih dahulu diberikan bahan organik kemudian dibiarkan dahulu beberapa hari supaya bahan organik yang diberikan sudah tercampur atau mikroorganismenya sudah menyatu kedalam tanah. Sehingga mikroorganisme yang berada didalam bahan organik tidak berebut bahan makanan dengan tanaman yang dibudidayakan.
            Dalam setiap petak perlakuan kami mengambil 5 tanaman tengah yang mewakili kondisi tanaman dalam satu petak perlakuan untuk dijadikan sempel percobaan. Pada perlakuan pemberian bahan organik, pemberian pupuk kompos kambing tanamannya cepat berkembang, bisa dilihat didalam data pengamatan tinggi tanaman, perlakuan tersebut memberikan hasil yang paling tinggi diantara perlakuan pemberian bahan organik lainnya yaitu tingginya tanaman 223,6 cm. Untuk perlakuan yang lain tinggi tanamannya yaitu sebagai berikut untuk perlakuan pemberian pupuk kompos sapi tinggi tanamannya 156,6 cm. Pupuk kompos ayam tinggi tanamannya 152,2 cm. Sedangkan perlakuan pemberian abu sisa pembakaran tingginya 137,4 cm. Untuk bobit tanaman tanaman yang paling berat adalah pada perlakuan pupuk kompos sapi yaitu 600 gram, ke 2 pupuk kompos kambing dengan berat 370 gram, yang ke 3 yaitu abu sekam dengan berat 346 gram, sedangkan yang terakir yaitu pupuk kotoran ayam dengan berat 336 gram. Jumlah daun yang paling banyak adalah pada perlakuan pemberian pupuk kompos sapi yaitu 11.6 helai, yang kedua yaitu perlakuan bahan organic abu sekam dengan pupuk kompos ayam yaitu dengan jumlah 10,4 helai, sedangkan perlakuan kompos kambing yaitu 9 helai.
            Pada perlakuan pemberian mulsa, mulsa sintetik memberikan hasil yang paling tinggi diantara perlakuan pemberian bahan organik lainnya yaitu tingginya tanaman 107,6 cm. Untuk perlakuan yang lain tinggi tanamannya yaitu sebagai berikut untuk perlakuan mulsa alang-alang tinggi tanamannya 96 cm. mulsa rumput tinggi tanamannya 95,4 cm. Sedangkan perlakuan pemberian mulsa jerami tingginya 66,6 cm. Untuk bobit tanaman tanaman yang paling berat adalah pada perlakuan mulsa sintetik yaitu 154 gram, ke 2 pemberian mulsa alang-alang dengan berat 125 gram, yang ke mulsa rumput dengan berat 124 gram, sedangkan yang terakir yaitu mulsa jerami dengan berat 3 gram. Jumlah daun yang paling banyak adalah pada perlakuan pemberian mulsa alang-alang yaitu 9,75 helai, yang kedua yaitu perlakuan mulsa sintetik yaitu 9,6 helai, ke tiga yaitu perlakuan mulsa rumput yaitu 7,6 helai, mulsa jerami yaitu dengan jumlah 6,8 helai.
            Pada perlakuan mulsa jerami datanya beda dari yang lain karena untuk perlakuan ini penanamannya berbeda dengan yang lainnya. Penyulaman yang lama mengakibatkan datanya berbeda dengan yang lain.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan.
1.      Pemberian bahan organik memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan jagung manis.
2.      Pemberin mulsa jerami padi diawal penanaman memberikan dampak yang negative dalam budidaya tanaman jagung karena akan mengundang datangnya ayam.
3.      Pemberin mulsa plastic hitam perak mengurang populasi rumput.
4.      Harus diberikan selang waktu antara pemberian pupuk kompos dengan penanaman karena akan berakibat dalam pertumbuhan tanaman.
5.2 Saran
1.      Pemberian mulsa sebaiknya diberikan setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam.
2.      Diberi senggang waktu antara pemberian pupuk kompos dengan penanaman.












DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Respon Tanaman Jagung Terhadap Pemberian Bahan Organik Di Lahan Sawah Tadah Hujan.
Anonim. 2011. PenuntunPraktikum Pertanian Lestari. Program Studi Agroekoteknilogi. Fakultas Pertanian. Universitas Bengkulu.
Isroi. 2008. pupuk organik, pupuk hayati, pupuk kimia. http://isroi.wordpress.com/2008/02/26/pupuk-organik-pupuk-hayati-dan-pupuk-kimia/. Diakses 2 November 2011
Lamont, W. J. 1993. Plastic mulches for the production of vegetable crops. HorTechnology. 3 (1) : 35-38
Rahmi, A., dan Jumiati. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis. Jurnal Agritrop,  26 (3). Hal : 105 - 109
Rusliani, R., dan Helman, Y.2005. Inokulasi Mikoriza Glomus sp. dan Penggunaan  Limbah Cacing Tanah untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah, Serapan Hara, dan Hasil Tanaman Mentimun. Jurnal. J, Hort.15(1) : hal 29-36
Sudirjo, R., Solihin, M.A., dan Rosniawati, S. 2005. Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao dan Kascing terhadap Perbaikan Beberapa Sifat Kimia Fluventic Eutrudepts. Laporan Penelitian.Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran..hal 1-34
Suliasih., Widawati, S., dan Muharam, A. 2011. Aktivitas Pupuk Organik dan Bakteri Pelarut Fosfor untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Tomat dan Aktivitas Mikroba Tanah. Jurnal. J, hort. 20 (3). Hal : 241-246
Sulistyorini, L. 2005. Pengolahan Sampah dengan Cara Menjadikannya Kompos. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2 (1) : hal 77-84
Supanjani. 2009. Pembuatan Kompos dan Pupuk Organik cair. Teknologi Tepat Guna. Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu
Waggoner, P.E., P.M. Miller, and H.E. deRoo. 1960. Plastic mulching; Principles and benefits. Conn. Agr. Exp. Sta. Bul. 643. 44 pp.





LAMPIRAN

Pengandangan lahan

Foto lahan setelah di pagar



A. Pengamatan Pertama
·         Bahan Organik
Kotoran Ayam
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
20
6
2
30
6
3
15
5
4
12
3
5
                     14
                          5
X
18.2
5

Bekas pembakaran
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
19
4
2
14
5
3
20
7
4
23
4
5
21
5
X
19.4
5
Kotoran Kambing
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
34
6
2
30
5
3
10
4
4
12
3
5
13
4
X
19.8
4.4

Kotoran Sapi

No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
18
6
2
32
6
3
25
5
4
23
4
5
14
6
X
22.4
5.4

·         MULSA
Alang-alang

No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
20
4
2
15
3
3
22
3
4
23
5
5
                     17
                          4
X
19.4
3.8
Rumput
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
17
3
2
17
5
3
23
4
4
23
5
5
                     12
                          4
X
18.4
4.2
             Jerami                                              
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
13
3
2
15
4
3
26
4
4
23
1
5
13
3
X
18
3

             Sintetik                                             
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
15
3
2
23
6
3
24
6
4
23
3
5
                     12
5
X
19.4
4.6


B. Pengamatan ke-2
·         Bahan organik
Kotoran Ayam
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
64
6
2
67
7
3
61
                         7
4
70
7
5
73
8
X
67
7

Bekas pembakaran
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
49
6
2
64
6
3
84
                         8
4
78
7
5
73
6
X
69.6
7

Kotoran Kambing

No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
49
6
2
81
8
3
77
                         8
4
44
4
5
74
8
X
65
7

Kotoran Sapi

No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
83
8
2
113
10
3
54
                         6
4
57
6
5
87.5
9
X
78.9
8
·         MULSA
Alang-alang

No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
47.5
5
2
24.5
3
3
46
                         7
4
54.5
5
5
52
6
X
44.9
5.2

Rumput
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
41
5
2
80
7
3
42
                         4
4
55
4
5
58
5
X
55.2
5

 Jerami                                                          
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
12
3
2
19
4
3
19
                         2
4
58
                         5
5
29.5
4
X
27.4
4

Sintetik                                                          
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
75
3
2
79.5
4
3
48
                         2
4
53
                         5
5
48.5
4
X
60.8
4

C. Pengamatan ke 3
·         Bahan organik
Kotoran Ayam
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
103
10
2
97
8
3
91
8
4
99
9
5
95
9
X
97


Pembakaran
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
66
5
2
99
8
3
107
9
4
104
8
5
63
5
X
87.8
7

Kotoran Kambing
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
80
6
2
114
8
3
108
8
4
57
7
5
108
9
X
93.4


Kotoran Sapi
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
110
9
2
148
11
3
90
7
4
94
7
5
105
9
X
109.4


·         MULSA
Alang-Alang
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
60
5
2
24.5
3
3
66
5
4
65
6
5
63
6
X
55.7


Rumput
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
56
4
2
99
7
3
53
4
4
74
4
5
74
5
X
71.2

Jerami
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
22
3
2
27
4
3
6
4
4
74
6
5
37
4
X
33.2



Sintetik
No
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah daun
1
91
9
2
100
9
3
57
6
4
20
5
5
66
7
X
66.8


Tidak ada komentar:

Posting Komentar